BerandaKhutbah Jum'at Khutbah Jumat Bulan Muharram PDF: Keutamaan Mengusap Kepala Anak Yatim (B. Jawa) Khutbah Jumat Bulan Muharram PDF: Keutamaan Mengusap Kepala Anak Yatim (B. Jawa) Redaksi. Jumat, 5 Agustus 2022, 08:09 Jumat, 5 Agustus 2022, 08:10 3 views. Ilustrasi Anak Yatim Piatu. Nalikasalat wis rampung dilakoni, sira kabeh supaya menyebar ing saindenging jagad; Lan sira kabeh pada goleko kanugrahaning Allah lan ngakehna sira kabeh eling marang Allah, supaya sira kabeh meruhi kabegjan. (QS. al-Jumuah:10) Lafadz dzikir niku لاَاِلَهَ اِلاَّ الله (ora ana Pangeran kejaba Allah). KhutbahJumat: Keutamaan Bulan Rajab dan Peristiwa-peristiwa Penting di Dalamnya. Khutbah | Jumat, 28 Feb 2020; Khutbah Jumat: Pentingnya Mengendalikan Amarah Khutbah | Kamis, 13 Feb 2020; Khutbah Jumat: Adab dan Keutamaan Dzikir. Khutbah | Kamis, 6 Feb 2020; Khutbah Jumat: Larangan Bicara Agama Tanpa Dasar Ilmu. Khutbah | Kamis, 30 Jan Inilahmanfaat dzikir yang luar biasa. Coba deh kaji keutamaannya dari hadits jaami' al-'ulum wa al-hikam ini. Daftar Isi tutup. 1. Hadits Ke-50 dari Jamiul Ulum wal Hikam Ibnu Rajab. 1.1. Faedah hadits. 1.2. Tulisan ini jadi bahasan terakhir kajian Hadits Arbain dan Jaami' Al-'Ulum wa Al-Hikam. PFkl. 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID jwRb0MxgQaFDyZDQeotjLsyMmcCvgPvEzAR_IprN88GxdIp7AURUNg== Khutbah I اَلْحَمْدُ للهْ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ هَدَانَا بِدِيْنِ الْاِسْلَام، وَشَرَّفَ مَنْ يُوَاصِلُوْنَ الْأَرْحَام، وَمَنَحَ النَّاسَ الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللهَ تَعَالَى طُوْلَ الدُّهُوْرِ وَالْأَيَّامْ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامْ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الزِّحَامْ. أَمَّا بَعْد فَيَا عِبَادَ الله، أُوْصِيْنِي نَفْسِي بِتَقْوَى الله، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ Hadirin jamaah jumah hafidhakumullah, Kami berwasiat kepada pribadi kami sendiri, juga kepada para hadirin sekalian, marilah kita tingkatkan takwa kita kepada Allah subhânahu wa ta’âlâ dengan selalu menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Hadirin… Selain menjalankan ibadah-ibadah pokok seperti shalat, puasa, dan lain sebagainya, di antara cara meningkatkan kualitas takwa dan keimanan kita adalah dengan selalu berdzikir kepada Allah subhânahu wa ta’âlâ baik dalam kondisi sendiri maupun secara berjamaah. Perlu kita ketahui, melakukan dzikir kepada Allah, tidak hanya disyariatkan saat bersendiri saja. Namun juga diperintahkan oleh syariat dengan dilakukan secara bersama-sama atau berjamaah. Melakukan dzikir secara bersama-sama tidak merupakan bid’ah, bukan merupakan hal baru dalam Islam. Hal ini berdasar dengan hadits Rasulullah ﷺ yang diriwayatkan dari Abu Hurairah sebagai berikut إِنَّ لِهِbu تَعَالَى مَلاَئِكَةً يَطُوْفُوْنَ فِي الطُّرُقِ يَلْتَمِسُوْنَ أَهْلَ الذِّكْرِ، Sesungguhnya Allah ta’âla mempunyai malaikat yang bertugas berkeliling di jalan-jalan mencari orang-orang ahli dzikir. فَإِذَا وَجَدُوْا قَوْماً يَذْكُرُوْنَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ، تَنَادَوْا هَلُمُّوْا إِلَى حَاجَتِكُمْ، Jika malaikat-malaikat tersebut menemukan ada kaum yang berdzikir kepada Allah azza wa jalla, para malaikat menyeru, “Sampaikan apa kebutuhan kalian?” فَيَحُفُّوْنَهُمْ بِأَجْنِحَتِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا، “Malaikat meliputi mereka dengan sayap-sayapnya hingga sampai langit dunia, yaitu langit yang paling rendah.” فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ مَا يَقُوْلُ عِبَادِيْ Malaikat-malaikat itu kemudian ditanya oleh Allah, sedangkanAllah adalah Dzat yang Maha-mengetahui “Apa yang dibaca oleh hamba-hambaku?” يَقُوْلُوْنَ يُسَبِّحُوْنَكَ، وَيُكَبِّرُوْنَكَ، وَيَحْمِدُوْنَكَ وَيُمَجِّدُوْنَكَ، “Mereka bertasbih kepada-Mu, Ya Allah. Bertakbir kepada-Mu, bertahmid, dan memuliakan nama-Mu.” Begitu jawab Malaikat. فَيَقُوْلُ هَلْ رَأَوْنِيْ Allah lalu kembali bertanya, “Apakah mereka melihat-Ku Allah?” فَيَقُوْلُوْنَ لَا وَاللهِ مَا رَأَوْكَ Malaikat menjawab, “Tidak, demi Allah, mereka tidak pernah melihat Engkau, Ya Allah.” فَيَقُوْلُ كَيْفَ لَوْ رَأَوْنِيْ “Bagaimana seandainya mereka bisa melihat-Ku?” يَقُوْلُوْنَ لَوْ رَأَوْكَ كَانُوْا أَشَدَّ لَكَ عِبَادَةً وَأَشَدَّ لَكَ تَمْجِيْداً وَأَكْثَرَ لَكَ تَسْبِيْحًا، “Andaikan mereka melihat-Mu, pasti mereka akan lebih lagi dalam melakukan ibadah, menyembah-Mu, lebih memuliakan-Mu, serta lebih banyak lagi bacaan tasbih mereka atas-Mu, ya Rabb.” فَيَقُوْلُ فَمَاذَا يَسْأَلُوْنَ “Lalu apa yang dia minta kepada-Ku?” يَقُوْلُوْنَ يَسْأَلُوْنَكَ الْجَنَّةَ “Mereka minta surga-Mu, Ya Rabb.” يَقُوْلُ وَهَلْ رَأَوْهَا “Nah, apa mereka juga sudah pernah melihat surga-Ku itu?” يَقُوْلُوْنَ لاَ وَاللهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا “Belum. Demi Allah, wahai Tuhanku. Mereka belum pernah sekalipun melihat surga-Mu.” يَقُوْلُ فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْهَا “Bagaimana seandainya mereka sudah pernah melihatnya?” يَقُوْلُوْنَ لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا كَانُوْا أَشَدَّ عَلَيْهَا حِرْصاً وَأَشَدَّ لَهَا طَلَباً وَأَعْظَمَ فِيْهَا رُغْبَةً “Apabila mereka pernah melihatnya, pasti mereka lebih semangat dan giat dalam mencari dan menyukai surga tersebut.” قَالَ فَمِمَ يَتَعَوَّذُوْنَ “Apa yang mereka mintakan perlindungan?” يَقُوْلُوْنَ يَتَعَوَّذُوْنَ مِنَ النَّارِ، “Mereka meminta perlindungan dari siksaan api neraka.” فَيَقُوْلُ وَهَلْ رَأَوْهَا “Apakah mereka pernah melihatnya?” يَقُوْلُوْنَ لاَ وَاللهِ مَا رَأَوْهَا “Ya Tuhan, mereka belum pernah menyaksikannya.” فَيَقُوْلُ فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْهَا “Kemudian bagaimana sikap mereka andai saja mereka sudah pernah melihat neraka itu?” يَقُوْلُوْنَ لَوْ رَأَوْهَا كَانُوْا أَشَدَّ مِنْهَا فِرَاراً وَأَشَدَّ لَهَا مَخَافَةً “Pastinya mereka akan lari kencang dan begitu menakuti neraka tersebut, Ya Rabb.” قَالَ فَأُشْهِدُكُمْ أَنِّيْ قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ “Dengan begitu, saksikanlah, bahwa Aku sungguh telah mengampuni mereka.” يَقُوْلُ مَلَكٌ مِنَ الْمَلَائِكَةِ فِيْهِمْ فُلَانٌ لَيْسَ مِنْهُمْ. إِنَّمَا جَاءَ لِحَاجَةٍ، Ada satu malaikat yang melapor kepada Allah, “Ya Allah, di antara orang-orang yang sedang duduk dzikir kepada-Mu tersebut ada satu orang yang tidak ikut dzikir. Namun kedatangan mereka di majelis itu karena ada suatu kepentingan lain.” قَالَ هُمُ الْجُلَسَاءُ لاَ يَشْقَى بِهِمْ جَلِيْسُهُمْ Allah menjawab “Mereka adalah orang yang duduk dalam kebersamaan satu majlis. Tidak ada orang yang celaka bagi siapapun yang duduk satu majlis dengan mereka.” HR Bukhari-Muslim. Hadirin, hafidhakumullahو Kisah dalam hadis di atas dapat kita ambil pelajaran, bahwa berdzikir secara bersama-sama mempunyai dasar yang jelas di antaranya melalui hadits di atas, di mana malaikat melaporkan orang yang berdzikir bersama-sama. Siapapun saja yang hadir dalam satu majlis, meskipun orang itu mempunyai kepentingan atau niat yang kurang lurus, atau mengantuk, namun karena keagungan majlis dzikir, siapapun mereka yang berada di dalam satu majlis itu, Allah akan mengampuni dosa mereka semua. Allahumma ij’alna minhum. Manfaat lain selain berdzikir mengingat Allah, berdzikir bersama orang banyak mempunyai segudang manfaat. Seorang dokter yang tidak pernah bertemu dengan dokter lain, ia akan merasa menjadi dokter sendiri, merasa paling pintar sendiri. Orang yang wajahnya ganteng, apabila tidak pernah bertemu dengan orang lain yang ganteng, ia akan merasa paling ganteng sendiri. Begitu pula kita. Kita perlu berkumpul satu majlis dengan orang-orang alim, saleh, dekat kepada Allah, supaya kita terhindar dari perasaan merasa paling alim sendiri, saleh sendiri, ahli dzikir sendiri, akhirnya ujub, membanggakan diri sendiri, seolah kitalah yang paling dekat dengan Allah, orang lain tidak. Ini berbahaya. Namun, apabila kita sering berkumpul satu majlis dzikir dengan orang-orang baik, penyakit hati berupa membanggakan diri sendiri, insyaallah akan terobati. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ Artinya “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan bersamalah kalian bersama orang-orang yang benar.” QS At-Taubah 119 Menurut Ibrahim al-Khawwash, berkumpul dengan orang saleh merupakan bagian lima tips yang terkenal sebagai obat hati sebagai berikut دَوَاءُ الْقَلْبِ خَمْسَةُ أشْيَاءَ Obat hati ada lima perkara Pertama, قِرَأَةُ الْقُرْآنِ بِالتَّدَبُّرِ Membaca al-Qur’an dengan merenungkan maknanya. Kedua, وَخَلاَءُ الْبَطْنِ Kosongnya perut, artinya bisa dengan berpuasa atau tidak selalu mengikuti hawa nafsu makan, termasuk makan terlalu kenyang. Ketiga, وَقِيَامُ اللَّيْلِ Shalat malam. Keempat, وَالتَّضَرُّعُ عِنْدَ السَّحُرِ Berdoa di waktu sahur. Terakhir, pesan Ibrahim al-Khawwash atau yang kelima, وَمُجَالَسَةُ الصَّالِحِيْنَ Berkumpul dengan orang baik-baik. Hadirin… Di sinilah letak bagaimana pentingnya berdzikir dan berkumpul bersama orang-orang baik. اَلصَّدِيْقُ مَنْ صَادَقَكَ، لَا مَنْ صَدَّقَكَ “Teman sejati adalah orang yang mau meluruskan kita di saat kita melakukan perilaku salah. Teman bukanlah orang yang selalu membenarkan tindakan kita walaupun itu salah.” Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman bahwa kita disuruh bersabar menemani orang-orang baik yang menyeru kepada jalan Allah وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا Artinya “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” QS al-Kahf 28. Dalam ayat lain, Allah berfirman الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ Artinya “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” QSAz Zukhruf 67 Rasulullah Muhammad ﷺ menyebut إِنَّما مثَلُ الجلِيس الصَّالِحِ وَجَلِيسِ السُّوءِ كَحَامِلِ المِسْكِ، وَنَافِخِ الْكِيرِ Artinya “Duduk-duduk bersama orang yang saleh dengan orang buruk, laksana duduk bersama dengan orang yang memakai parfum kasturi dengan berdekatan dengan pande besi. Orang yang berkumpul orang wangi, akan menjadi wangi. Orang yang dekat pande besi, bias kecipratan api, baunya tidak enak. Dalam kitab Ta’lîmul Mutaallim, Imam Az-Zarnuji mengutip syair Arab عنِ المرْءِ لا تَسألْ وسَلْ عن قَرينه، فكُلُّ قَرينٍ بالمُقَارِنِ يَقْتَدي Artinya “Tentang seseorang, jangan kamu tanya bagaimana sifat dan perilakunya secara langsung kepada yang bersangkutan. Karena seorang teman akan mengikuti pola piker dan perilaku orang yang dikumpuli.” Dengan demikian, jika berkumpul-kumpul satu majlis dengan orang saleh dianjurkan Allah dan Rasul-Nya, berdzikir bersama juga ada tuntunannya, maka mana lagi dalil yang melarang dzikir bersama? Tidak ada. Dalil semua bid’ah sesat sebagai jurus mematikan kegiatan ini, sungguh tepat. Karena hal ini tidak termasuk bid’ah. Pada akhir khutbah kali ini, kami sampaikan kesimpulan, dzikir berjamaah itu ada tuntunannya dari hadits Rasulullah ﷺ. Duduk dengan orang yang ahli dzikir sangat bermanfaat bagi kita, walaupun kita tidak ikut dzikir sebagaimana yang lain. Apalagi kita ikut berdzikir menjadi bagian dari mereka, ini sangat besar sekali manfaatnya. Berkumpul dengan orang saleh selalu membawa manfaat bagi siapa saja yang berkenan mendekat dan berteman dengan mereka. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ العَظِيْمِ، وَجَعَلَنِي وَإِيَّاكُمْ بِماَ فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمِ. أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشيطن الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، وَالْعَصْرِ، إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ، إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ Khutbah II الحمد للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ Ahmad Mundzir 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID LCSJy5hDLSbgEjUaX3X1E6i869DmDENU1B3UnCcv6heTxS6s9733fg== Khutbah I الحَمْدُ للهِ، الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالْإِحْسَانِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، خَالِقُ اللَّيَالِيْ وَالأَيَّامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا محمَّدٍ سَيِّدُ العَرَبِ وَالعَجَمِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الزِّحَامِ. أمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قال الله تعالى فى كتابه الكريم، بسم الله الرحمن الرحيم، وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ، الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي، قَالَ لاَ تَغْضَبْ» فَرَدَّدَ مِرَارًا، قَالَ لاَ تَغْضَبْ» رواه البخاري Ma’asyiral hadirin, jamaah Jumat, hafidhakumullah, Pada kesempatan yang mulia ini, di tempat yang mulia ini, kami berwasiat kepada pribadi kami sendiri dan juga kepada para hadirin sekalian, marilah kita senantiasa meningkatkan takwa kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan selalu berusaha melaksanakan perintah-perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan-Nya. Semoga usaha takwa kita bisa menjadikan sebab kita kelak pada waktu dipanggil Allah subhanahu wa ta’ala, kita meninggalkan dunia ini dalam keadaan husnul khatimah, amin ya Rabbal Alamin. Hadirin, hafidhakumullah, Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, terkadang kita mendapatkan kenikmatan yang bisa membuat kita bahagia. Kita biasa menyambutkan dengan suka cita, bahagia, dan tertawa. Namun bisa jadi terkadang kita mendapatkan hal yang tidak melegakan hati kita. Cara masing-masing orang dalam menyikapi hal yang kurang menggembirakan, berbeda-beda. Ada yang bisa menyikapinya dengan sabar, menyelesaikannya dengan pelan-pelan. Ada pula yang seketika itu terpantik emosinya, kemudian marah-marah. Dalam sebuah hadits shahih Bukhari yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu anh disebutkan أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي Ada seorang laki-laki yang berkata kepada Nabi Muhammad ﷺ. “Ya Nabi, berikan kami nasihat!” Lalu kata Nabi menasihatinya لاَ تَغْضَبْ “Jangan marah!” Mungkin merasa sangat simpel pesan yang diberikan, lelaki ini bertanya lagi sampai berulang sampai tiga kali. Nabi selalu menjawab dengan konsisten sebagaimana jawaban yang pertama لاَ تَغْضَبْ “Jangan marah!” HR. Bukhari Tentang hadits ini, ulama berbeda pendapat. Sebagian dari mereka memberikan alasan kenapa Rasulullah sampai berpesan kepada orang tersebut dengan kalimat “jangan marah!” sampai tiga kali, yakni karena memang sahabat yang bertanya itu adalah orang yang tempramental, seringkali marah. Sebagian ulama menjelaskan, kemuliaan seseorang akan tetap terjaga apabila ia bisa mengontrol emosi marahnya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Bathal mengatakan bahwa mengontrol emosi diri sendiri itu lebih berat daripada mengontrol musuh. Menurut sebagian ulama, Allah membuat “marah” dari api. Apabila orang tersulut emosinya, api kemarahan akan membara. Api tersebut meletup sehingga darah yang ada di mata dan muka menjadi tampak memerah. Kulit luar akan menampakkan apa yang ada di belakangnya. Tidak bisa dibohongi, jika ada orang yang marah, kulitnya akan menceritakan hal tersebut dengan sendirinya. Apabila orang yang sedang emosi tersebut bisa menahan emosinya sehingga meletup, dapat diredamkan, meletup lagi, diredamkan lagi, yang akan terjadi adalah kulit akan berubah dari kuning ke merah, dan bolak-balik seperti itu, jadinya kulit menjadi tampak pucat sehingga jika ada orang yang sedang marah, lalu ia bercermin, melihat dirinya sendiri, ia akan malu karena saking buruknya ekspresi dan sebab perubahan aura wajahnya. Hal ini baru sebatas keburukan yang tampak lahiriah. Efek marah pada jiwa seseorang adalah bisa menimbulkan kedengkian di dalam sanubari, rasa iri dalam hati, menyimpan perasaan buruk atas fenomena keadaan yang tidak sesuai dengan harapannya. Selain itu, efeknya secara lahiriyah banyak terjadi hal-hal yang fatal dimulai dari apa? Dari kemarahan. Adanya kekerasan dalam rumah tangga KDRT pasti dimulai dari kemarahan. Rumah tangga yang suaminya penyabar, istrinya penyabar, selalu menyelesaikan masalah dengan musyawarah, mufakat, tidak akan mengenal kamus KDRT dalam rumah tangga mereka. Ada seseorang berani menghabisii nyawa orang lain, dimulai dari kemarahan. Siswa sekolah, kemudian tawuran, orang demontrasi di jalanan yang mengakibatkan kekacauan lingkungan, semuanya dimulai dari kemarahan. Orang marah akan jauh dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Kenapa doa-doa yang dipanjatkan di sepertiga malam dinamakan munajat? Munajat artinya berbisik-bisik. Berbisik-bisik lebih identik dengan sebuah kedekatan yang intens. Lebih intens dari orang berbicara biasa. Berbeda dengan orang marah. Orang yang sedang marah, walaupun yang dimarahi hanya berjarak satu meter, namun nada bicaranya tinggi, matanya melotot seperti orang yang sedang berbicara dengan jarak 100 meter. Kenapa seperti itu? Sebab walaupun dekat secara raga, namun jauh secara ruh. Marah bisa memecah jarak itu menjadi terbentang jauh. Rasulullah ﷺ bersabda لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الغَضَبِ Artinya “Orang kuat bukanlah orang yang pandai bergulat. Namun orang yang kuat adalah yang bisa mengontrol pribadinya ketika marah.” HR Bukhari Dalam hadits lain إِنَّ خَيْرَ الرِّجَالِ مَنْ كَانَ بَطِيءَ الْغَضَبِ سَرِيعَ الرِّضَا وَشَرِّ الرِّجَالِ مَنْ كَانَ سَرِيعَ الْغَضَبِ بَطِيءَ الرِّضَا Artinya “Sesungguhnya, sebaik-baik orang adalah orang yang lambat meletup emosinya dan cepat meridlai, sedangkan seburuk-buruk orang adalah orang yang cepat marah dan lambat meridlai.” HR. Ahmad. Hadirin, hafidhakumullah, Di antara usaha kita untuk mengontrol emosi kita supaya tidak mudah marah, ada beberapa tips sebagai berikut Pertama, membaca ta’awudz. Hal ini sebagaimana dalam hadits Nabi yang diceritakan oleh Sulaiman Shurad اسْتَبَّ رَجُلاَنِ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ عِنْدَهُ جُلُوسٌ، وَأَحَدُهُمَا يَسُبُّ صَاحِبَهُ، مُغْضَبًا قَدِ احْمَرَّ وَجْهُهُ، Ada dua laki-laki di samping Nabi ﷺ sedangkan kita sedang duduk-duduk. Salah satu di antara mereka mencaci temannya, marah, wajahnya memerah. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً، لَوْ قَالَهَا لَذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ، لَوْ قَالَ أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ " Kemudian Nabi ﷺ bersabda “Sesungguhnya aku ini mengetahui ada sebuah kalimat yang jika dibaca, kemarahan itu akan hilang yaitu jika dia membaca “a’ûdzu billâhi minas syaithânir rajîm” HR. Bukhari Kedua, berwudhu. Rasulullah ﷺ إِنَّ الْغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ النَّارِ وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ Artinya “Kemarahan itu dari setan, sedangkan setan terbuat dari api. Api hanya bisa padam dengan air. Jika di antara kalian marah, berwuduulah.” HR. Ahmad, Abu Dawud. Ketiga, Duduk. Dalam sebuah hadits, Rasul bersabda إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ وَإِلَّا فَلْيَضْطَجِعْ Artinya “Apabila di antara kalian ada yang marah dalam keadaan berdiri, duduklah!. Jika marah tidak bisa hilang, Bertidur miringlah!.” HR. Ahmad, Abu Dawud Keempat, Diam. عَلِّمُوا وَيَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا Artinya “Mengajarlah kalian, berikan kemudahan, jangan mempersulit masalah. وَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ Jika di antara kalian ada yang marah, maka diamlah.” HR. Ahmad. Kelima, bersujud yang berarti shalat sunnah minimal dua rakaat. Dalam sebuah hadits أَلَا وَإِنَّ الْغَضَبَ جَمْرَةٌ فِي قَلْبِ ابْنِ آدَمَ أَمَا رَأَيْتُمْ إِلَى حُمْرَةِ عَيْنَيْهِ وَانْتِفَاخِ أَوْدَاجِهِ. Artinya “Ingatlah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati anak Adam. Tidakkah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? فَمَنْ أَحَسَّ بِشَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ فَلْيَلْصَقْ بِالْأَرْضِ Barangsiapa yang mendapati hal tersebut, hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah sujud.”HR. Tirmidzi Hadirin, hafidhakumullah, Kita perlu ingat, beginilah hidup di dunia ini. Tidak selalu sesaui dengan bayang dan ciita-cita kita. Keadaan akan sesuai dengan keinginan perlu sedikit menunggu saat di surga. Kewajiban kita di dunia ini berusaha sekuat tenaga untuk menjadi orang-orang yang bertakwa. Orang yang bertakwa dicirikan dalam Al-Quran sebagai berikut الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ. Artinya Orang-orang yang bertakwa yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Jelas, di antara ciri-ciri di atas adalah orang yang menahan amarahnya. Melalui penjelasan khutbah di atas, semoga kita dituntun oleh Allah sehingga kita bisa menahan amarah, tidak suka marah dan menjadi orang yang penyabar. Harapan kita, kelak, dengan menahan amarah ini, semoga kita akan meninggalkan dunia ini dengan husnul khatimah, amin. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَجَعَلَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاِت وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ البَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ. أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيْم، بسم الله الرحمن الرحيم. وَالْعَصْرِ ١ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ٢ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ٣ ـ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرّاحِمِيْنَ ـ Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ، فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِينْ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَعَنْ سَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ Ustadz Ahmad Mundzir, pengajar di Pesantren Raudhatul Qur’an an-Nasimiyyah, Semarang Khutbah Pertamaالحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَ عِبَادَهُ أنْ يَذْكُرُوْهُ ذِكْرًا كَثِيْرًا، وَأَعَدَّ لَهُمْ عَلَى ذِكْرِهِ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا كَبِيْرًا، وَجَعَلَ اْلقُلُوْبَ تَطْمَئِنُّ بِذِكْرِهِ، وَهُوَ سُبْحَانَهُ يَذْكُرُ مَنْ ذَكَرَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهَ، وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَكْرَمُ مَنْ وَحَّدَّهُ، وَأَجَلُّ مَنْ ذَكَرَهُ، اللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارَكَ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ اْلأَوَّاهِ اْلمُنِيْبِ، وَعَلَى آلِهِ وَعِتْرَتِهِ الطَّيِّبَةِ، وَعَلَى أَصْحَابِهِ اْلكِرَامِ البَرَرَةِأَمَّا بَعْدُفَأُوْصِيْكُمْ ــ عِبَادَ اللهِ ــ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ، فَإِنَّهَا هِيَ اْلعُدَّةُ اْلوَافِيَةُ، وَاْلجُنَّةُ اْلوَاقِيَةُ، فَاتَّقُوْا اللهَ رَبَّكُمْ فِيْ السِّرِّ وَاْلعَلَانِيَّةِ، وَكُوْنُوْا مِنْ عِبَادِهِ اْلمُتَّقِيْنَيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًايَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا .يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًاKeutamaaan DzikirMa’asyirol Muslimin rahimakumullah,Atas rahmat dan keutamaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, saat ini kita sedang melaksanakan salah satu fardhu dan syiar paling agung dalam Islam yaitu Shalat merupakan salah satu kewajiban dalam Islam yang salah satu tujuannya adalah untuk berdzikir kepada Subhanahu wa Ta’ala berfirman,إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِيSesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan yang hak selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. [Thaha 14]Berdzikir kepada Allah atau mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala, sang pencipta seluruh umat manusia, jin, malaikat dan seluruh alam semesta, merupakan amalan yang sangat kepada Allah merupakan sarana paling besar untuk mendekatkan diri kepada Allah yang Maha Ta’la berfirman,اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَBacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab Al Quran dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah shalat adalah lebih besar keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. [Al-Ankabut 45]Allah Ta’ala menjanjikan bahwa siapa saja yang senantiasa mengingat Allah maka Allah juga akan mengingat dirinya dengan pahala dan ampunan. Allah Ta’ala berfirman,فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْKarena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, . [Al-Baqarah 152]Imam Al Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan, ”Makna ayat ini adalah ingatlah kalian kepada-Ku dengan melakukan ketaatan, Aku akan mengingat kalian dengan pahala dan ampunan. Ini adalah pendapat dari Sa’id bin Jubair. Ulama Tabi’in terkemuka.Beliau juga mengatakan, ”Dzikir adalah mentaati Allah. Maka siapa yang tidak taat kepada Allah berarti tidak berdzikir kepada-Nya meskipun banyak mengucapkan tasbih, tahlil dan membaca al-Quran.”[i]Alah Ta’ala juga menegaskan bahwa dzikir kepada Allah Ta’ala itu akan membuahkan ketenangan dalam hati seseorang. Allah Ta’ala berfirman,الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ -٢٨-yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. [Ar-Ra’d 28]Ini hanyalah sebagian dari keutamaan berdzikir kepada Allah yang ada dalam al-Quran. Adapun keutamaan berdzikir kepada Allah yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ sangatlah banyak. Tidak memungkinkan untuk disebutkan semuanya dalam khutbah Jumat demikian, kami akan menyampaikan sebagian kecil saja untuk mengenalkan keutamaan berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang sedemikian besarOrang mukmin yang berdzikir kepada Allah berada pada kedudukan yang tinggi sampai-sampai Allah membanggakan mereka di kalangan para Abu Sa’id Al Khudri, dia berkata, ”Muawiyah keluar menuju satu halaqah sekelompok orang yang duduk melingkar di dalam masjid, lalu dia bertanya, ”Apa yang menyebabkan kalian duduk?”Mereka menjawab, ”Kami sedang berdzikir kepada Allah.” Muawiyah berkata, ”Demi Allah. Tidak ada yang menyebabkan engkau duduk kecuali hanya itu?” Mereka menjawab, ”Demi, Allah. Tidak ada yang menyebabkan kami duduk, kecuali hanya itu.”Muawiyah berkata, ”Sesungguhnya aku tidaklah meminta kalian bersumpah karena tidak percaya kepada kalian. Tidaklah ada seorang pun yang memiliki kedudukan seperti aku dari Rasulullah ﷺ, lebih sedikit haditsnya dariku. Sesungguhnya, Rasulullah ﷺ pernah keluar menemui satu halaqah dari para sahabat beliau. Kemudian beliau bertanya,مَا أَجْلَسَكُمْ’Apa yang menyebabkan kalian duduk?’.”Mereka menjawab, ”Kami duduk berdzikir kepada Allah.” Beliau bertanya lagi,آللَّهِ مَا أَجْلَسَكُمْ إِلَّا ذَاكَ قَالُوا وَاللَّهِ مَا أَجْلَسَنَا إِلَّا ذَاكَ”Demi, Allah. Tidak ada yang menyebabkan engkau duduk, kecuali hanya itu?”Mereka menjawab, ”Demi, Allah. Tidak ada yang menyebabkan kami duduk, kecuali hanya itu?” Beliau bersabda,قَالَ أَمَا إِنِّي لَمْ أَسْتَحْلِفْكُمْ تُهْمَةً لَكُمْ وَلَكِنَّهُ أَتَانِي جِبْرِيلُ فَأَخْبَرَنِي أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِي بِكُمُ الْمَلَائِكَةَ”Sesungguhnya, aku tidaklah meminta kalian bersumpah karena tidak percaya kepada kalian. Akan tetapi Jibril telah mendatangiku, lalu memberitahukan kepadaku, bahwa Allah Azza wa Jalla membanggakan kalian kepada para malaikat.” [Hadits riwayat Muslim, no. 2701].Ahli dzikir akan dikelilingi malaikat, diselimuti dengan rahmat, dan diturunkan ketenangan sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dan Abu Sa’id Al-Khudri, keduanya bersaksi bahwa Nabi ﷺ bersabda,لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُTidaklah sekelompok orang yang berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla, kecuali para malaikat mengelilingi mereka, rahmat menyelimuti mereka, ketenangan turun kepada mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di kalangan para malaikat di sisi-Nya. [Hadits riwayat Muslim, no. 2700].Dzikir itu merupakan kehidupan hatiDi dalam Shahih Al-Bukhari 6407 dari Abu Musa radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لاَ يَذْكُرُهُ مَثَلُ الحَيِّ وَالمَيِّتِ“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dan orang yang tidak berdzikir kepada-Nya adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati.”Sedangkan dalam riwayat Imam Muslim 779 Nabi ﷺ bersabda,مَثَلُ البَيْتِ الَّذِي يُذْكَرُ اللهُ فِيهِ ، وَالبَيْتِ الَّذِي لاَ يُذْكَرُ اللهُ فِيهِ ، مَثَلُ الحَيِّ والمَيِّتِ“Permisalan rumah yang dipakai untuk berdzikir kepada Allah dan rumah yang di dalamnya tidak dipakai untuk berdzikir kepada Allah adalah seperti orang hidup dan orang mati.”Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid mengatakan, ”Apabila hati itu hidup maka akan dipenuhi dengan sebagaimana firman Allah Ta’ala,اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍAllah telah menurunkan perkataan yang paling baik yaitu Al Quran yang serupa mutu ayat-ayatnya lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun. [Az-Zumar 23]Sedangkan orang yang hatinya keras dari berdzikir kepada Allah maka hatinya mati. Allah Ta’ala berfirman,فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍMaka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. [Az-Zumar22]Seorang pria menemui Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah, tokoh ulama Tabi’in dari Bashrah, Irak. Dia mengeluhkan kekerasan hatinya. Maka Al-Hasan berkata kepadanya, ”Lunakkanlah hatimu dengan dzikir.”Hal ini karena ketika hati semakin lalai maka hatinya akan semakin keras. Bila berdzikir kepada Allah maka kekerasan hati tersebut akan meleleh. [Al-Wabil Ash-Shayyib 71][ii]Jenis-Jenis DzikirMa’asyirol Muslimin rahimakumullah,Perlu diketahui bahwa dzikir itu ada beberapa jenis atau bentuk. Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid mengatakan bahwa berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla itu bisa dilakukan dengan hati, lisan dan anggota Dzikir dengan hatiMaksud berdzikir dengan hati adalah memikirkan dan mentadabburi keagungan Allah Ta’ala dan ayat-ayat-Nya yang syar’i, al-Quran dan hukum-hukumnya, ayat-ayat berupa ciptaan-Nya seperti langit, bumi, matahari bulan dan ke dalam berdzikir dengan hati adalah seorang muslim mengingat-ingat perintah-perintah Allah dan larangan-larangan-Nya lalu melaksanakan perintah-perintah tersebut dan menjauhi larang-larangan tadi. Demikian pendapat dari Al-Qadhi Iyadh, ulama Tabiut Tabi’ Dzikir dengan lisanBerdzikir dengan lisan adalah dengan bertasbih, bertahlil mengucapkan laa ilaaha illallah, istighfar, membaca al-Quran dan segala ucapan yang mendekatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ dengan hati dan lisan secara bersamaan itu lebih baik daripada berdzikir hanya dengan hati atau hanya dengan lisan Dzikir dengan anggota badanSedangkan berdzikir dengan anggota badan adalah amalan mentaati Allah. Siapa saja yang beramal dengan ketaatan kepada Allah itu berarti dia orang yang sedang berdzikir kepada AN-Nawawi berkata, ”Ketahuilah bahwa keutamaan dzikir itu tidak hanya terbatas pada tasbih, tahlil, tahmid, takbir dan seterusnya. Bahkan setiap orang yang beramal untuk Allah Ta’ala dengan ketaatan maka dia orang yang berdzikir kepada Allah ta’ala. Demikianlah pendapat Sa’id bin Jubair rahimahullah dan ulama lainnya.Atha’ bin Abi Rabah rahimahullah, seorang ulama Tabi’in mengatakan bahwa majlis-majlis dzikir itu adalah majlis-majlis yang yang mengkaji tentang halal-dan haram, bagaimana anda berjual beli, shalat, puasa, menikah, bercerai, berhaji dan yang semacam itu.” [Al-Adzkar 91]Jadi shalat itu termasuk dzikrullah, jihad di jalan Allah itu termasuk dzikrullah, berbakti kepada orang tua termasuk dzikrullah, silaturrahim termasuk dzikrullah, menolong seorang muslim termasuk dzikrullah, menolong orang yang dizhalimi termasuk dzikrullah, mempelajari ilmu dan mengajarkannya termasuk dzikrullah, amar makruf nahi mungkar juga termasuk dzikrullah.[iii]Faedah DzikirMa’asyirol Muslimin rahimakumullah,Berdzikir kepada Allah memiliki faedah yang sangat banyak. Seorang ulama abad ke 8 H, yaitu Al Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menyebutkan dalam kitabnya Al-Wabilush Shayyib wa Rofi’ul Kalimith Thayyib, 100 faedah dari berdzikir kepada ini kami nukilkan sedikit saja dari sekian banyak faedah tersebutMengusir setan, menghancurkan dan ridha kegelisahan dan kegalauan dari mendapatkan kegembiraan, kebahagiaan dan hati dan hati dan yang berdzikir akan diliputi dengan kewibawaan, keindahan dan rasa cinta yang merupakan ruh dari Islam. Siapa saja yang ingin mendapatkan kecintaan dari Allah maka hendaklah terus menerus berdzikir perasaan senantiasa diawasi oleh Allah sehingga akan memasukkannya ke pintu telah mencapai ihsan maka dia akan beribadah kepada Allah seolah dia melihat Allah. Orang yang lalai dari berdzikir kepada Allah tidak akan mendapatkan jalan untuk sampai ke derajat ihsan, sebagaimana orang yang hanya duduk, tidak akan pernah sampai ke cukupkan sepuluh buah faedah dzikir kepada Allah dari 100 yang ditulis oleh Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah. Semua faedah dzikir ini hanya akan kita dapatkan dan benar-benar kita akan rasakan bila kita melazimi dzikir dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan setelah memastikan bahwa dzikir yang kita lakukan adalah dzikir yang sesuai ajaran Rasulullah ﷺ .[iv]Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah,Sahabat Nabi Muhammad ﷺ bernama Abdullah bin Busr radhiyallahu mengisahkan. Suatu kali seorang lelaki berkata kepada Rasulullah ﷺ,يَا رَسُوْلَ اللهِ، إنَّ شَرَائِعَ اْلإِسْلَامِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيَّ فَأَخْبِرْنِيْ بِشَيْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ قَالَ لَا يَزَالُ لِسَانُكَ رُطَبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ“ Wahai rasulullah! Sesungguhnya Syariat Islam telah begitu banyak bagiku. Maka beritahulah aku dengan sesuatu yang aku akan pegang teguh.” Rasulullah ﷺ menjawab, ”Hendaklah lisanmu senantiasa basah dengan dzikir kepada Allah.”[Hadits riwayat At-Tirmidzi di dalam Shahih At-Tirmidzi no 3375 dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Alawi bin Abdul Qadir as-Saqqaf, kemungkinan maksudnya adalah bahwa amalan nawafil sunnah telah begitu banyak bagi dirinya sehingga dia merasa tidak mampu untuk melaksanakan dia berkata, “Beritahulah saya suatu amalan ibadah atau yang lainnya yang saya mampu melakukannya, aku pegang teguh dan aku bisa bergantung kepadanya. ia adalah adalah ringan berpahala besar. Dengan demikian aku bisa mengamalkannya secara terus menerus dan aku pegang teguh.”Dia tidak bermaksud untuk meninggalkan seluruh amalan secara total dan sibuk dengan urusan lainnya. Namun dia hanya ingin, setelah melaksanakan berbagai amalan yang wajib atas dirinya, dia bisa berpegang teguh dengan amalan yang membuatnya merasa cukup dari amalan lainnya yang hukumnya tidak Nabi ﷺ memberitahunya amalan yang bermanfaat buat dirinya yaitu lisannya senantiasa basah dengan berdzikir kepada Allah.”Maksudnya adalah hendaknya terus menerus berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ hadits ini bisa diambil pelajaran bahwa kemampuan manusia itu berbeda-beda dalam ilmu dan hafalan serta penguasaan dan beramal. Selain itu, pelajaran lainnya adalah memudahkan urusan ibadah yang hukumnya tidak wajib dan memberitahu manusia dengan sesuatu yang sesuai kemampuan mereka.[v]بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُKhutbah Keduaالحَمْدُ لِلَّهِ مُسْتَوْجِبِ اْلحَمْدُ وَاْلعِبَادَةُ، المُتَابِعِ لِأَهْلِ طَاعَتِهِ إِعَانَتَهُ وَإِمْدَادَهُ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّهِ وَحَبِيْبِهِ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَمَنِ اتَّبَعَ رَشَادَهُأمَّا بَعْدُDzikir Yang Paling Dicintai AllahMa’asyirol Muslimin rahimakumullah,Dzikir secara khusus berupa mengucapkan kalimat-kalmat thayyibah itu bertingkat-tingkat nilainya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. lantas apakah dzikir yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala?Tidak diragukan lagi bahwa kata – kata yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Kalamullah Ta’ala. Firman Allah Ta’ala merupakan kata-kata yang paling utama secara mutlak. Disebutkan di dalam Sunan Ad-Darimi bahwa Nabi ﷺ bersabda,مَا مِنْ كَلامٍ أَعْظَمَ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ كَلامِهِ ، مَا رَدَّ الْعِبَادُ إِلَى اللَّهِ كَلامًا أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ كَلامِهِ“Tidak ada perkataan yang lebih agung di sisi Allah daripada kalamullah. Tidak ada ucapan yang dikeluarkan oleh seorang hamba kepada Allah yang Allah cintai daripada firman Allah.”Setelah firman Allah maka ucapan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala ada empat sebagaimana disebutkan oleh Nabi ﷺ أَحَبُّ الكَلامِ إِلَى اللهِ أرْبَعٌ سُبْحانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلاَ إلَهَ إلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أكْبَرُ. لاَ يَضُرُّكَ بِأَيِّهِنَّ بَدَأْتَUcapan yang paling dicintai oleh Allah ada empat Subhanallah, Alhamdulillah, laa ilaaha ilallah, dan Allahu Akbar. Tidak ada madharat bagimu dengan ucapan mana pun kamu memulainya.” [Hadits riwayat Muslim no. 2137 dari Samurah bin Jundub]Nabi ﷺ juga bersabda,كَلِمَتانِ خَفِيفَتانِ عَلَى اللِّسَانِ، ثَقِيْلَتَانِ فِيْ اْلمِيْزَانِ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ اْلعَظِيْمِ، سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِDua kata yang ringan di lisan, berat dalam timbangan mizan, dicintai oleh Ar-Rahman, Subhaanallahil Azhiim, Subhaanallahi wa bihamdih.” [Hadits riwayat AL-Bukhari 6406 dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu][vi]Doa PenutupSemoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniakan kepada kita semua dan seluruh kaum Muslimin taufik dan hidayah-Nya serta memudahkan kita semuanya untuk menjadi hamba-hamba-Nya yang banyak berdzikir kepada-Nya baik dengan hati, lisan maupun dengan anggota badan. Marilah kita akhiri khutbah Jumat ini dengan berdoa kepada Allah Subhanau wa Ta’ الله إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًافصلُّوا وسلِّموا على سيد الأولين والآخرين وإمام المرسلين، اللهم صلِّ على محمدٍ وعلى آل محمدٍ كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد، اللهم بارك على محمدٍ وعلى آل محمدٍ كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميدٌ مجيدٌ وسلِّم تسليمًا كبيرًااللهم اهدنا الصراط المستقيم، وأكرمنا بذِكْرك في الليل والنهار، ومُنَّ علينا بالتوبة والإنابة والخشية، اللهم تجاوز عن تقصيرنا وسيئاتنا، واغفر لنا ولوالدينا وسائر أهلينا، وبارك لنا في أعمارنا وأعمالنا وأقواتنا وأوقاتنااللهم اكشف عن المسلمين ما نزل بهم مِن ضُرٍّ وبلاء، وفقر وتشرُّد، وقتل واقتتال، ووسِّع عليهم في الأمْن والرِّزق، وجنِّبنا وإيَّاهُم الفتن ما ظهر منها وما بطن، إنك سميع الدعاءرَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِعباد الله إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ * وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلَا تَنْقُضُوا الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُوناذكروا الله العظيم الجليل يذكركم، واشكروه على نعمه يزدكم، ولذكر الله أكبر والله يعلم ما تصنعون[i] lihat lihat Ma’anil Adzkar, Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, hal 16-23, secara ringkas.[iii] Ibid, hal. 47- 49.[iv] Lihatal-Wabil ash Shayyib hal. 94.[v] lihat Juga Tentang Khutbah Jum’at– Kumpulan Khutbah Jum’at Terbaru– Khutbah Jumat Tentang Ikhlas– Khutbah Jumat Tentang Syukur– Khutbah Jumat Tentang Berharap kepada Allah

khutbah jumat keutamaan dzikir