MotivasiHari ini, esok dan seterusnya. Lebih baik menyalakan lilin "daripada mengutuk kegelapan;
Ilustrasi(Foto: pexels) Lebih Baik Menyalakan Setitik Cahaya daripada Mengutuk Kegelapan Judul tulisan di
PNPMMandiri Perkotaan "Daripada terus menerus mengutuk kegelapan, lebih baik kita menyalakan lilin untuk menerangi sekeliling kita," tegas Kepala Bappeda Kota Bitung Audy Pangemanan saat memberikan materi "Good Governance" dalam acara Lokakarya Tingkat Kota di Aula Kantor Walikota Bitung Lantai IV, pada Kamis, 22 November 2012.
Lebihbaik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan. 4. Yang bertanya seperti orang bodoh selama lima menit lebih baik daripada yang tidak bertanya, karena ia tetap bodoh selamanya. 5. Jika Anda ingin tak seorang pun mengetahuinya, jangan melakukannya. 6. Berikan seseorang seekor ikan, dan anda memberinya makan untuk sehari.
Lebih baik daripada mendekati pantai untuk mengagumi ikan, adalah kembali dan bersiap untuk melempar jaring di atas air. -Pengalaman dapat mengarah pada keterampilan.-Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan.-Ketika angin perubahan bertiup, beberapa orang akan membangun tembok, sementara yang lain akan membangun kincir angin.
6fsWXn. Disaat semua terasa buntu, disaat harapan terasa begitu amat jauh... bukan berarti kiamat sudah dekat. Tapi saat itu Alloh sedang mendekat bicaralah padaNYA..."Gusti, please aku mohon bantuanMU". Tidak perlu mendikte Alloh dengan minta ini dan itu, karna Dia maha memahami. Jangan mengeluh, karna itu hanya akan menambah beban berat kinerja otak dan liver. Selalu ingat yang simbok katakan, "lebih baik menyalakan lilin...daripada mengutuk kegelapan"...Gustiku, pagi ini aku sedang emosi jiwa tingkat mohon bantuanMU redakan emosi ini. KEMBALI KE ARTIKEL
Lilin dan Kegelapan By Dimas Prakoso “Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan.” – Eleanor Roosevelt Mengutuk kegelapan terkadang hanya dilakukan oleh orang-orang yang banyak menghabiskan waktunya untuk mengeluh tanpa ada aksi lebih lanjut. Lebih baik skip waktu untuk mengeluhnya dan mulai bertindak dengan menyalakan lilin. Mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah dan memberikan apa yang kita inginkan, soalnya. Terima kasih telah mengingatkan tentang ini, Eleanor Roosevelt.
– “It is better to light a candle than curse the darkness” Peribahasa tersebut secara harfiah memiliki arti “Lebih baik menyalakan sebuah lilin daripada mengutuk kegelapan”. Peribahasa ini telah terkenal sekali di seluruh dunia. Presiden Amerika John F Kennedy pun pernah menggunakan dalam pidatonya. Di Indonesia, peribahasa ini pun kembali terkenal semenjak Anies Baswedan menggunakannya sebagai tagline dalam program Indonesia Mengajar. Sebuah program yang mengirimkan sarjana-sarjana pintar ke pelosok Indonesia untuk membantu peningkatan mutu pendidikan di negara ini. Dalam konteks Pemerintahan Daerah, penulis begitu tergelitik ketika salah satu Pemimpin Daerah di negeri ini menyampaikan hal tersebut sebagai motto dalam menjalankan Pemerintahannya. Dalam sebuah pertemuan dengan masyarakat, KH DR M. Idris Abdul Somad Wakil Walikota Depok 2011-2016 dan Walikota Depok terpilih 2016-2021 begitu gamblang mengulas tentang peribahasa tersebut hingga menginspirasi masyarakat yang hadir termasuk penulis. Rupanya materi peribahasa ini menjadi bahan diskusi inspiratif dan solutif bagi kita semua warga yang kini tengah menantikan kiprah kepemimpinan para pemimpin daerah yang akan dilantik di daerahnya masing-masing. Pilkada serentak, kini telah kita lalui. Beragam fenomena, dinamika, paradigma dan spektrum politik dapat menjadi pembelajaran berharga bagi kita semua. Salah satu paradigma yang masih sering terjadi adalah budaya dan kesenangan kita yang selalu mengeluh, mencaci, merasa tidak puas, menyalahkan bahkan ?mengutuk? kebijakan pemimpin tanpa memberikan solusi dan tidak menyelesaikan masalah tersebut. Dalam hidup bermasyarakat, kita begitu mudah menyalahkan orang lain atas kekurangan yang ada di hidup ini. Tapi seringkali kita lupa bercermin kalau kita belum berbuat sesuatu untuk hidup ini, atau ketika ada masalah kita selalu menyalahkan faktor eksternal. Tanpa kita sadari apa yang kita lakukan tersebut takkan bisa mengubah situasi. Kita cuma ibarat komentator sepakbola yang sebenarnya juga tak bisa bermain bola dengan baik. Tidak sedikit dari kita yang tersibukkan dengan mengamati pekerjaan orang lain, bukan untuk mengambil ibroh/pelajaran atau membantu menyelesaikan pekerjaannya tetapi justru untuk menunggu kapan orang itu terpeleset dalam kekeliruan atau melakukan kesalahan sehingga ia bisa segera mengkritik dengan kritikan yang tidak jarang melebihi batas yang proporsional mengecam pekerjaan orang tanpa memberinya solusi juga tidak jarang hanya akan merenggangkan persaudaraan. Padahal agama telah mengajarkan kita bahwa Beruntunglah orang yang disibukkan dengan mengintrospeksi aib dirinya sehingga tidak sempat mencari-cari aib saudaranya. Mengutuk, meratapi, mengeluh, menyalahkan atau apapun istilah lainnya dengan konotasi yang sama memang mudah dilakukan. Tapi persoalannya kini, apakah setelah kita mengutuk sesuatu maka keadaan itu langsung berubah? Dari pengalaman hidup kita, mengeluh tidak mendatangkan apa-apa kecuali ketenangan batin yang semu. Ibaratnya ketika menutup mata, semua bayangan dunia menjadi tak terlihat termasuk dengan problema yang kita alami, namun dunia akan tetap sama entah ketika menutup atau membuka mata. Jika di suatu malam listrik di rumah kita mati apa yang akan kita lakukan? Apa kita akan menggerutu dan mengutuk PLN yang melakukan pemadaman? Jika begitu, apa kondisi berubah? Tentu tidak, yang ada kita capek sendiri. Tentu yang harus kita lakukan adalah menyalakan lilin. Walaupun tak seterang lampu, tapi setidaknya dengan menyalakan lilin kita masih bisa melihat seisi ruangan walau redup. Ibaratnya ketika kita berada dalam kegelapan, sampai berbusa mulut kita mengumpat dan mengutuk, tak akan ada perubahan sampai kita menyalakan sebatang lilin atau alat penerangan lainnya. Berbuat lebih baik daripada sekedar berkata-kata, walaupun dengan kata-kata itu hati dan pikiran cenderung menjadi tenang karena emosi sedikit tersalurkan tetapi jauh lebih baik dan berbahagia kalau masalah itu bisa kita selesaikan sendiri. Walaupun sebatang lilin kecil yang menyala, itu sudah cukup membuat perbedaan dibandingkan kita berdiam diri dalam kegelapan. Menyalakan lilin mungkin contoh yang sederhana, simple dan tak terlalu merubah banyak. Tapi setidaknya berkontribusi memberikan cahaya di tengah kegelapan. Dalam hidup pun rasanya kita harus memberikan cahaya walau bentuknya sederhana, entah lewat tenaga, materi, atau ide. Mari kita sambut kiprah para pemimpin daerah dengan menjadikan diri kita masing-masing sebagai lilin-lilin yang mampu menerangi bagian dari ruang kerja dan kehidupan yang sesuai kapasitas dan sekuat kemampuan yang kita miliki. Insya Allah dari satu lilin, seratus atau seribu lilin tersebut bisa menerangi seluruh ruang hidup kita. Mengutuk kegelapan tidak akan menjadikan gelap sirna tetapi justru menambah pengapnya suasana hati. Imam Al-Ghazali pernah mengingatkan bahwa salah satu kunci kebahagian hati di dunia adalah dengan selalu pandai bersyukur. Sikap syukur yang paling sederhana, mudah, ringan tapi agak sulit dilakukan adalah ?tidak pernah mengeluh dalam keadaan apapun di semua lini kehidupan kita?. Muhammad Fahmi, ST, MSi Pemerhati masalah Sumber Daya Manusia dan masalah Tematik Bangsa Kandidat Doktor Program Studi Manajemen Sumber Daya Manusia Universitas Negeri Jakarta UNJ Master of Ceremony MC, Trainer Publik Speaking/Kehumasan Salam Merah Mempesona Menggelitik Hati fahmizidane2003 WA 08158228009
lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan